Featured Articles
All Stories

Kamis, 03 Januari 2019


Artis Nia Ramadhani dikenal hidup bergelimang harta usai menikah dengan Presiden Direktur TV One, Ardi Bakrie.

Ardi Bakrie merupakan putra bungsu dari Konglomerat Aburizal Bakrie.

Ardi menjabat sebagai Presiden Direktur TV One sejak tahun 2007.

Selain TV One, masih ada puluhan usaha besar yang dimiliki oleh Bakrie Group, adalah Grup usaha yang pertama kali dipelopori oleh kakek Ardi, Achmad Bakrie sejak tahun 1942.

Bakrie Group bergerak di banyak bidang, termasuk Pertambangan, MIGAS, Properti, Infrastruktur, Pertambangan, Media, dan Telekomunikasi.

Investasi Bakrie di bidang properti dikenal sangat menjajikan. Keluarga mereka memiliki beberapa hotel dan apartemen. Berikut ini adalah hotel dan apartemen yang dimiliki oleh mereka:

1. Aston Rasuna Hotel & Residential

2. Aston Bogor Hotel & Resort

3. Hotel Awana Yogyakarta

4. Apartemen Hotel Hadiningrat Terrace Yogyakarta (selanjutnya)

Perumahan Islami | Bisnis Bakrie | Bisnis Kalla | Rancang Ulang | Bisnis Khairul Tanjung | Chow Kit | Pengusaha | Ayo Buka Toko | Wisata | Medco

Inilah Deretan Hotel yang Dimiliki Keluarga Ardi Bakrie

newsonline   at  21.21  No comments


Artis Nia Ramadhani dikenal hidup bergelimang harta usai menikah dengan Presiden Direktur TV One, Ardi Bakrie.

Ardi Bakrie merupakan putra bungsu dari Konglomerat Aburizal Bakrie.

Ardi menjabat sebagai Presiden Direktur TV One sejak tahun 2007.

Selain TV One, masih ada puluhan usaha besar yang dimiliki oleh Bakrie Group, adalah Grup usaha yang pertama kali dipelopori oleh kakek Ardi, Achmad Bakrie sejak tahun 1942.

Bakrie Group bergerak di banyak bidang, termasuk Pertambangan, MIGAS, Properti, Infrastruktur, Pertambangan, Media, dan Telekomunikasi.

Investasi Bakrie di bidang properti dikenal sangat menjajikan. Keluarga mereka memiliki beberapa hotel dan apartemen. Berikut ini adalah hotel dan apartemen yang dimiliki oleh mereka:

1. Aston Rasuna Hotel & Residential

2. Aston Bogor Hotel & Resort

3. Hotel Awana Yogyakarta

4. Apartemen Hotel Hadiningrat Terrace Yogyakarta (selanjutnya)

Perumahan Islami | Bisnis Bakrie | Bisnis Kalla | Rancang Ulang | Bisnis Khairul Tanjung | Chow Kit | Pengusaha | Ayo Buka Toko | Wisata | Medco
Continue Reading→

Rabu, 31 Maret 2010

Saudi Arabia plans to invest SR200 billion ($53.33 billion) in water projects over the coming 15 years, the chief executive of the National Water Company said.

Around 70 per cent of the investment will be for sewage and waste water treatment projects in the kingdom, Loay Al Musallam said on the sidelines of a Meed conference in Dubai.

'We currently have a sewage project in Riyadh and Jeddah with an investment of SR18 billion and we are looking to expand these projects to the rest of the kingdom,' he said.

The company also plans to increase the utilization of sewage water which only contributes 6-7 per cent to the water used across Saudi Arabia, Musallam said.

'We rely on desalination which is very expensive and that's why we need to increase the utilization level of sewage water.' Over the coming 2 years the kingdom has plans to have sewerage services to cover 60 per cent of the Saudi population which will happen through partnership with the private sector, he said.

Asked how the remaining 40 per cent of the population will be covered, Musallam said the government will take charge of these projects.

'We have no sewage flooding problems in Saudi, it's just that the private sector companies prefer to work in large cities compared to small villages, that's why these areas will be covered by state projects.'

In 2008, Saudi Arabia set up the firm to oversee privatisation of expensive sewerage services and efforts to save dwindling water resources.

The firm controls of all the kingdom's groundwater wells and sewage and desalination plants, which were previously in the hands of various government bodies in a convoluted system.

Saudi to invest $53bn in water projects

newsonline   at  04.04  1 comment

Saudi Arabia plans to invest SR200 billion ($53.33 billion) in water projects over the coming 15 years, the chief executive of the National Water Company said.

Around 70 per cent of the investment will be for sewage and waste water treatment projects in the kingdom, Loay Al Musallam said on the sidelines of a Meed conference in Dubai.

'We currently have a sewage project in Riyadh and Jeddah with an investment of SR18 billion and we are looking to expand these projects to the rest of the kingdom,' he said.

The company also plans to increase the utilization of sewage water which only contributes 6-7 per cent to the water used across Saudi Arabia, Musallam said.

'We rely on desalination which is very expensive and that's why we need to increase the utilization level of sewage water.' Over the coming 2 years the kingdom has plans to have sewerage services to cover 60 per cent of the Saudi population which will happen through partnership with the private sector, he said.

Asked how the remaining 40 per cent of the population will be covered, Musallam said the government will take charge of these projects.

'We have no sewage flooding problems in Saudi, it's just that the private sector companies prefer to work in large cities compared to small villages, that's why these areas will be covered by state projects.'

In 2008, Saudi Arabia set up the firm to oversee privatisation of expensive sewerage services and efforts to save dwindling water resources.

The firm controls of all the kingdom's groundwater wells and sewage and desalination plants, which were previously in the hands of various government bodies in a convoluted system.

Continue Reading→

Minggu, 28 Maret 2010

PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) telah melakukan aksi buyback (pembelian kembali saham) di lantai bursa sebanyak 120,75 juta saham. Eksekusi dilakukan pada kisaran harga Rp 230 - 250 per saham.

"Kami melalukan buyback karena harga saham ELTY saat ini undervalue dan sama sekali tidak mencerminkan nilai perusahaan yang sesungguhnya," ujar Direktur Utama ELTY, Hiramsyah S Thaib dalam siaran persnya, Senin (29/3/2010).

Menurut Hiramsyah, nilai buku ELTY per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp 233 per saham. Oleh sebab itu, perseroan menilai perlu melakukan buyback karena harga saham ELTY telah berada dibawah nilai bukunya.

Selain itu, aksi buyback juga dilakukan dalam rangka mengantisipasi menggandeng mitra strategis melalui penjualan saham dengan mekanisme private placement. Dengan melakukan aksi buyback ini, perseroan akan memiliki saham treasury yang dapat dilepas kembali ke pasar.

Rencananya, lanjut Hiramsyah, perseroan akan terus melakukan aksi buyback sebagai salah satu strategi perseroan ke depannya.

Selain itu, perseroan juga telah menunjuk beberapa sekuritas asing dipimpin oleh Credit Suisse dalam rangka melakukan pembelian saham di pasar reguler terkait aksi lindung nilai (hedge) atas penerbitan obligasi konversi senilai US$ 155 juta.

ELTY baru saja menerbitkan obligasi konversi senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp 1,35 triliun. Obligasi ini ditawarkan melalui mekanisme private placement. Credit Suisse (Singapore) ditunjuk sebagai agen penjual obligasi berjangka waktu 5 tahun tersebut.

Harga konversi per saham ditetapkan sebesar Rp 310 per saham. Menurut Hiramsyah, jumlah saham yang akan dikonversi tinggal dibagi saja terhadap nilai obligasinya.

Itu berarti, nilai Rp 1,35 triliun dibagi dengan Rp 310 per saham diperoleh jumlah saham sebanyak 4,354 miliar lembar atau setara dengan 21,86% dari total saham ELTY sebanyak 19,915 miliar saham.

"Sebesar 30% dari total nilai obligasi yang diterbitkan akan di hedge," jelas Hiramsyah.

Mengacu pada angka tersebut, maka jumlah saham yang akan di-hedge sebanyak 1,306 miliar saham (2,612 juta lot) atau setara dengan 6,5% saham ELTY.

ELTY juga baru saja melaporkan kinerja keuangannya tahun 2009 yang telah diaudit. Pendapatan perseroan sebesar Rp 1,059 triliun di 2009, naik tipis 0,5% dari tahun 2008 sebesar Rp 1,053 triliun. Laba bersih tercatat sebesar Rp 132,3 miliar, turun 51,4% dari tahun sebelumnya Rp 272,1 miliar.

Menurut Hiramsyah, penurunan laba bersih disebabkan oleh adanya keuntungan sekali dapat (one time profit) yang diperoleh pada tahun 2008 sebagai hasil divestasi 30% saham di 3 anak usaha ELTY kepada Limitless LLC, anak usaha Dubai World.

Jika ditinjau dari pendapatan per triwulanan, kinerja keuangan ELTY meningkat signifikan sebesar 39,9% di triwulan IV-2009 menjadi Rp 402,6 miliar dibanding triwulan III-2009 sebesar Rp 287,7 miliar. Nilai aset juga meningkat sebesar 39,1% menjadi Rp 11,592 triliun dari sebelumnya Rp 8,335 triliun.

"Peningkatan aset terutama karena beroperasinya ruas tol Kanci-Pejagan," jelas Hiramsyah.

Bakrieland Buyback 120,75 Juta Saham di Harga Rp 250

newsonline   at  18.56  No comments

PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) telah melakukan aksi buyback (pembelian kembali saham) di lantai bursa sebanyak 120,75 juta saham. Eksekusi dilakukan pada kisaran harga Rp 230 - 250 per saham.

"Kami melalukan buyback karena harga saham ELTY saat ini undervalue dan sama sekali tidak mencerminkan nilai perusahaan yang sesungguhnya," ujar Direktur Utama ELTY, Hiramsyah S Thaib dalam siaran persnya, Senin (29/3/2010).

Menurut Hiramsyah, nilai buku ELTY per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp 233 per saham. Oleh sebab itu, perseroan menilai perlu melakukan buyback karena harga saham ELTY telah berada dibawah nilai bukunya.

Selain itu, aksi buyback juga dilakukan dalam rangka mengantisipasi menggandeng mitra strategis melalui penjualan saham dengan mekanisme private placement. Dengan melakukan aksi buyback ini, perseroan akan memiliki saham treasury yang dapat dilepas kembali ke pasar.

Rencananya, lanjut Hiramsyah, perseroan akan terus melakukan aksi buyback sebagai salah satu strategi perseroan ke depannya.

Selain itu, perseroan juga telah menunjuk beberapa sekuritas asing dipimpin oleh Credit Suisse dalam rangka melakukan pembelian saham di pasar reguler terkait aksi lindung nilai (hedge) atas penerbitan obligasi konversi senilai US$ 155 juta.

ELTY baru saja menerbitkan obligasi konversi senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp 1,35 triliun. Obligasi ini ditawarkan melalui mekanisme private placement. Credit Suisse (Singapore) ditunjuk sebagai agen penjual obligasi berjangka waktu 5 tahun tersebut.

Harga konversi per saham ditetapkan sebesar Rp 310 per saham. Menurut Hiramsyah, jumlah saham yang akan dikonversi tinggal dibagi saja terhadap nilai obligasinya.

Itu berarti, nilai Rp 1,35 triliun dibagi dengan Rp 310 per saham diperoleh jumlah saham sebanyak 4,354 miliar lembar atau setara dengan 21,86% dari total saham ELTY sebanyak 19,915 miliar saham.

"Sebesar 30% dari total nilai obligasi yang diterbitkan akan di hedge," jelas Hiramsyah.

Mengacu pada angka tersebut, maka jumlah saham yang akan di-hedge sebanyak 1,306 miliar saham (2,612 juta lot) atau setara dengan 6,5% saham ELTY.

ELTY juga baru saja melaporkan kinerja keuangannya tahun 2009 yang telah diaudit. Pendapatan perseroan sebesar Rp 1,059 triliun di 2009, naik tipis 0,5% dari tahun 2008 sebesar Rp 1,053 triliun. Laba bersih tercatat sebesar Rp 132,3 miliar, turun 51,4% dari tahun sebelumnya Rp 272,1 miliar.

Menurut Hiramsyah, penurunan laba bersih disebabkan oleh adanya keuntungan sekali dapat (one time profit) yang diperoleh pada tahun 2008 sebagai hasil divestasi 30% saham di 3 anak usaha ELTY kepada Limitless LLC, anak usaha Dubai World.

Jika ditinjau dari pendapatan per triwulanan, kinerja keuangan ELTY meningkat signifikan sebesar 39,9% di triwulan IV-2009 menjadi Rp 402,6 miliar dibanding triwulan III-2009 sebesar Rp 287,7 miliar. Nilai aset juga meningkat sebesar 39,1% menjadi Rp 11,592 triliun dari sebelumnya Rp 8,335 triliun.

"Peningkatan aset terutama karena beroperasinya ruas tol Kanci-Pejagan," jelas Hiramsyah.
Continue Reading→

Sabtu, 13 Maret 2010

PT Bakrie Telecom, Tbk (BTEL.Jk) dan PT Indonesia Comnets Plus (ICON+) sepakat untuk menjalin kerjasama interkoneksi untuk kawasan timur Indonesia.

Kesepakatan kerja sama interkoneksi ditandatangani Direktur Corporate Services PT Bakrie Telecom Tbk, Rakhmat Junaidi dan Direktur Utama PT Indonesia Comnets Plus, Muljo Adji AG di Jakarta, Rabu (10/3).

Pembukaan interkoneksi meliputi propinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku

Utara, Maluku, Papua dan Irian Barat.

"Kami menyambut gembira penyelesaian PKS Interkoneksi ini karena inilah langkah awal kami untuk menjalin kerjasama pembukaan interkoneksi dengan semua operator demi penyediaan jasa akses telekomunikasi khususnya di daerah perdesaan di kawasan Indonesia Timur," kata Rakhmat Junaidi.



Menurut Rakhmat, sejatinya penyediaan interkoneksi merupakan kewajiban setiap operator telekomunikasi sesuai amanat dalam Undang-Undang Telekomunikasi. Interkoneksi adalah keterhubungan antar jaringan dari penyelenggara telekomunikasi yang berbeda.

Garap Bagian Timur, BTEL Gandeng ICON+

newsonline   at  04.18  No comments

PT Bakrie Telecom, Tbk (BTEL.Jk) dan PT Indonesia Comnets Plus (ICON+) sepakat untuk menjalin kerjasama interkoneksi untuk kawasan timur Indonesia.

Kesepakatan kerja sama interkoneksi ditandatangani Direktur Corporate Services PT Bakrie Telecom Tbk, Rakhmat Junaidi dan Direktur Utama PT Indonesia Comnets Plus, Muljo Adji AG di Jakarta, Rabu (10/3).

Pembukaan interkoneksi meliputi propinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku

Utara, Maluku, Papua dan Irian Barat.

"Kami menyambut gembira penyelesaian PKS Interkoneksi ini karena inilah langkah awal kami untuk menjalin kerjasama pembukaan interkoneksi dengan semua operator demi penyediaan jasa akses telekomunikasi khususnya di daerah perdesaan di kawasan Indonesia Timur," kata Rakhmat Junaidi.



Menurut Rakhmat, sejatinya penyediaan interkoneksi merupakan kewajiban setiap operator telekomunikasi sesuai amanat dalam Undang-Undang Telekomunikasi. Interkoneksi adalah keterhubungan antar jaringan dari penyelenggara telekomunikasi yang berbeda.
Continue Reading→

Kamis, 11 Maret 2010

Saham PT Bumi Resources (BUMI), Jumat (12/3) akhir pekan ini masih akan menguat, seiring aksi beli investor asing secara bertahap. Long term buy BUMI!

Pengamat pasar modal, Irwan Ibrahim mengatakan potensi penguatan saham BUMI hari ini, salah satunya karena faktor pembeilan bertahap atas saham batubara thermal ini. “BUMI akan mengarah ke level resistance Rp2.625 dan Rp2.475 sebagai level support-nya,” katanya kepada Ahmad Munjin dari INILAH.COM, di Jakarta.

Pada perdagangan Kamis (11/3), saham BUMI ditutup menguat Rp50 (2,02%) menjadi Rp2.525 dengan intraday Rp2.525 dan Rp2.425. Volume transaksi mencapai 101,1 juta unit saham senilai Rp250,9 miliar dan frekuensi 3.482 kali. Berikut wawancara lengkapnya.

Bagaimana Anda memprediksi pergerakan saham BUMI akhir pekan ini?

Masih potensial menguat. Salah satunya, karena faktor ekspektasi kenaikan harga minyak mentah dunia. Harga minyak sekarang sudah kembali menguat mencapai level US$82 per barel. Harga minyak terdongkrak oleh pelamahan dolar AS.

Karena itu, seiring penguatan harga minyak sentimen market pun akan positif. Saham komoditas baik pertambangan maupun perkebunan berpeluang menjadi penggerak indeks. Harga minyak secara otomatis memicu penguatan harga batubara yang saat ini berada di level US$94 per metrik ton. Sedangkan batubara, merupakan core bisnis BUMI.

Apa yang memicu tingginya ekspektasi kenaikan harga minyak mentah dunia?

Pemicunya adalah perekonomian AS yang masih melambat sehingga mata uangnya turut kontraksi. Ekonomi AS bermasalah karena besarnya budget defisit. Perdagangan ekspor-impornya juga bermasalah. Net-ekspornya pun defisit. Karena itu, negara adidaya itu disebut mengalami twin deficit.

Apalagi, AS sendiri sebenarnya belum selesai dengan permasalahan terorisme. Akibatnya, akan banyak anggaran yang dikeluarkan untuk pertahanan. Pada saat ekonomi AS negatif, mata uangnya melemah terhadap mata uang kuat lainnya seperti poudsterling dan yen.

Akan bergerak di kisaran berapa?

Karena itu, BUMI akan mengarah ke level resistance Rp2.625 dan Rp2.475 sebagai level support-nya. Sebab, di sisi lain, di dalam negeri, BUMI juga mendapat topangan dari positifnya sentimen market seiring penguatan rupiah terhadap dolar AS ke level 9.100-an. Apalagi, pelaku pasar lokal, mengikuti tren pergerakan saham-saham yang diburu asing. Pada saat asing berburu saham pertambangan, invsetor lokal jadi pengikutnya. Itu juga yang terjadi di saham BUMI.

Bagaimana dengan posisi net buy asing?

Asing sendiri saat ini masih net buy hingga Rp500 miliar per hari. Asing melakukan akumulasi beli secara bertahap. Angka Rp500 miliar bagi investor mancanegara sangat kecil. Sebab, jika dikonversi dalam denominasi dolar AS, hanya US$110 juta.

Di sisi lain, investor juga saat ini sudah mengantisipasi laporan keuangan BUMI untuk full year 2009. Mereka melakukan aksi beli. Termasuk, pasar juga barharap akan positifnya laporan keuangan kuartal pertama 2010. Sebab, investor dan para fund manager di regional masih dalam posisi beli untuk saham BUMI. Ciri khas dari masuknya asing adalah membeli saham secara bertahap. Sebab, harga minyak diperkirakan akan kembali naik ke level US$110 per barel tahun ini. Akibatnya, harga batu bara pun akan naik pesat.

Apa rekomendasi untuk BUMI?

Saya rekomendasikan long term buy BUMI dengan target Rp5.500 di akhir 2010, dan Rp3.000 untuk akhir Maret ini.

Asing Bertahap Akumulasi BUMI

newsonline   at  21.40  No comments

Saham PT Bumi Resources (BUMI), Jumat (12/3) akhir pekan ini masih akan menguat, seiring aksi beli investor asing secara bertahap. Long term buy BUMI!

Pengamat pasar modal, Irwan Ibrahim mengatakan potensi penguatan saham BUMI hari ini, salah satunya karena faktor pembeilan bertahap atas saham batubara thermal ini. “BUMI akan mengarah ke level resistance Rp2.625 dan Rp2.475 sebagai level support-nya,” katanya kepada Ahmad Munjin dari INILAH.COM, di Jakarta.

Pada perdagangan Kamis (11/3), saham BUMI ditutup menguat Rp50 (2,02%) menjadi Rp2.525 dengan intraday Rp2.525 dan Rp2.425. Volume transaksi mencapai 101,1 juta unit saham senilai Rp250,9 miliar dan frekuensi 3.482 kali. Berikut wawancara lengkapnya.

Bagaimana Anda memprediksi pergerakan saham BUMI akhir pekan ini?

Masih potensial menguat. Salah satunya, karena faktor ekspektasi kenaikan harga minyak mentah dunia. Harga minyak sekarang sudah kembali menguat mencapai level US$82 per barel. Harga minyak terdongkrak oleh pelamahan dolar AS.

Karena itu, seiring penguatan harga minyak sentimen market pun akan positif. Saham komoditas baik pertambangan maupun perkebunan berpeluang menjadi penggerak indeks. Harga minyak secara otomatis memicu penguatan harga batubara yang saat ini berada di level US$94 per metrik ton. Sedangkan batubara, merupakan core bisnis BUMI.

Apa yang memicu tingginya ekspektasi kenaikan harga minyak mentah dunia?

Pemicunya adalah perekonomian AS yang masih melambat sehingga mata uangnya turut kontraksi. Ekonomi AS bermasalah karena besarnya budget defisit. Perdagangan ekspor-impornya juga bermasalah. Net-ekspornya pun defisit. Karena itu, negara adidaya itu disebut mengalami twin deficit.

Apalagi, AS sendiri sebenarnya belum selesai dengan permasalahan terorisme. Akibatnya, akan banyak anggaran yang dikeluarkan untuk pertahanan. Pada saat ekonomi AS negatif, mata uangnya melemah terhadap mata uang kuat lainnya seperti poudsterling dan yen.

Akan bergerak di kisaran berapa?

Karena itu, BUMI akan mengarah ke level resistance Rp2.625 dan Rp2.475 sebagai level support-nya. Sebab, di sisi lain, di dalam negeri, BUMI juga mendapat topangan dari positifnya sentimen market seiring penguatan rupiah terhadap dolar AS ke level 9.100-an. Apalagi, pelaku pasar lokal, mengikuti tren pergerakan saham-saham yang diburu asing. Pada saat asing berburu saham pertambangan, invsetor lokal jadi pengikutnya. Itu juga yang terjadi di saham BUMI.

Bagaimana dengan posisi net buy asing?

Asing sendiri saat ini masih net buy hingga Rp500 miliar per hari. Asing melakukan akumulasi beli secara bertahap. Angka Rp500 miliar bagi investor mancanegara sangat kecil. Sebab, jika dikonversi dalam denominasi dolar AS, hanya US$110 juta.

Di sisi lain, investor juga saat ini sudah mengantisipasi laporan keuangan BUMI untuk full year 2009. Mereka melakukan aksi beli. Termasuk, pasar juga barharap akan positifnya laporan keuangan kuartal pertama 2010. Sebab, investor dan para fund manager di regional masih dalam posisi beli untuk saham BUMI. Ciri khas dari masuknya asing adalah membeli saham secara bertahap. Sebab, harga minyak diperkirakan akan kembali naik ke level US$110 per barel tahun ini. Akibatnya, harga batu bara pun akan naik pesat.

Apa rekomendasi untuk BUMI?

Saya rekomendasikan long term buy BUMI dengan target Rp5.500 di akhir 2010, dan Rp3.000 untuk akhir Maret ini.

Continue Reading→

Variatifnya pergerakan indeks saham masih menyisakan harapan, terutama dari aktivitas saham grup Bakrie. Mampukah emiten kelompok bisnis ini menjaga bursa di teritori positif?

Alfiansyah, analis Sinarmas Securities memberi rekomendasi positif untuk beberapa saham dari grup Bakrie, seperti PT Bakrieland Development (ELTY), PT Bakrie Sumatra Plantation (UNSP) dan PT Bumi Resources (BUMI). “Ketiga emiten ini memiliki fundamental yang sehat sehingga potential up-nya sangat besar,”katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (11/3).

Pada perdagangan Kamis (11/3) pukul 14.30 WIB, saham UNSP naik Rp10 (1,92%) ke level Rp530, dan saham BUMI stagnan di level Rp2.475. Sedangkan ELTY melesat Rp20 (7,84%) menjadi Rp2.75.

Penguatan saham ELTY dipicu aksi korporasi, dimana melalui anak perusahaannya BLD Investments Pte Ltd, perseroan melakukan penawaran obligasi pada investor keuangan institusional. Penawaran dengan jaminan saham (guaranteed equity-linked bonds) senilai US$150 juta, memiliki Credit Suisse Limited sebagai agen penempatan. “Dana yang diperoleh akan diggunakan untuk keperluan pembiayaan perusahaan termasuk modal kerja,” ujarnya.

Saat ini ELTY akan bergerak di resistance/support di Rp300/ Rp220. Dilihat dari sisi teknikalnya pun, ELTY masih cenderung upside hari ini. “Saya rekomendasikan beli saham ini,” tuturnya.

Kendati ELTY menguat pesat, Alfiansyah menilai, kenaikan saham properti ini belum tentu mampu memacu saham grup Bakrie lain bergerak naik. Sebab, yang menjadi trigger di grup ini adalah saham BUMI. “Terutama mengingat kapitalisasi ELTY tidak setinggi BUMI,” ujarnya.

Menurutnya, secara fundamental BUMI sangat positif, dimana diversifikasi tambangnya sudah sangat luas, sehingga bisa mendorong fundamentalnya semakin baik untuk jangka panjang. Selain core bisnis di batubara, BUMI juga merambah ke tambang metal dan penambahan saham di PT Newmont Nusa Tenggara (NNT).

Alfiansyah memperkirakan BUMI hari ini akan bergerak dalam kisaran resistance Rp2.650 dan Rp2.325 sebagai level support-nya. Apalagi, dari sisi teknikal pun cukup mendukung. “Saya rekomendasikan beli untuk saham BUMI,” ungkapnya.

Sedangkan saham UNSP juga menjadi pilihan. Selain karena basis bisnisnya di sektor komoditas perkebunan, dimana ekspansi lahan terus dilakukan, core bisnis perseroan di sektor perkebunan sudah variatif. “Alhasil, kesehatan fundamentalnya terjaga dan potential up -nya masih cukup terbuka,” ujarnya.

UNSP memiliki kebun karet yang luas sehingga berkontribusi paling besar terhadap potensi pendapatan perseroan. Hal ini didukung permintaan karet dunia yang cukup tinggi. “Inilah keunggulan UNSP di tengah sektor perkebunan lain yang tidak memiliki karet,” imbuhnya.

Dengan diversifikasi usaha ini, maka kenaikan harga crude palm oil (CPO) akan mendorong penguatan harga karet. Alhasil, pendapatan perseroan pun akan naik. Namun, jika harga CPO turun, harga karet justru cenderung terjaga. Karena itu, potensi koreksi di saham ini juga jadi terbatas. “Ini keuntungan diversifikasi usaha dari UNSP dibandingkan dengan sektor perkebunan lainnya,” ungkapnya.

UNSP memiliki level resistance Rp600 dan Rp500 sebagai level support-nya. Jika saham ini bertahan di level Rp500, berpotensi terjadi balik arah (reversal) menguat. Pada tahap awal akan menuju level Rp540, untuk kemudian berlangsung menguat hingga Rp580-600. Sebaliknya, jika UNSP berada di bawah 500, cenderung bergerak negatif. “Saya sarankan hold terlebih dahulu di saham ini,” ucapnya.

Saham Grup Bakrie Tetap Bisa Jadi Pilihan

newsonline   at  01.43  No comments

Variatifnya pergerakan indeks saham masih menyisakan harapan, terutama dari aktivitas saham grup Bakrie. Mampukah emiten kelompok bisnis ini menjaga bursa di teritori positif?

Alfiansyah, analis Sinarmas Securities memberi rekomendasi positif untuk beberapa saham dari grup Bakrie, seperti PT Bakrieland Development (ELTY), PT Bakrie Sumatra Plantation (UNSP) dan PT Bumi Resources (BUMI). “Ketiga emiten ini memiliki fundamental yang sehat sehingga potential up-nya sangat besar,”katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (11/3).

Pada perdagangan Kamis (11/3) pukul 14.30 WIB, saham UNSP naik Rp10 (1,92%) ke level Rp530, dan saham BUMI stagnan di level Rp2.475. Sedangkan ELTY melesat Rp20 (7,84%) menjadi Rp2.75.

Penguatan saham ELTY dipicu aksi korporasi, dimana melalui anak perusahaannya BLD Investments Pte Ltd, perseroan melakukan penawaran obligasi pada investor keuangan institusional. Penawaran dengan jaminan saham (guaranteed equity-linked bonds) senilai US$150 juta, memiliki Credit Suisse Limited sebagai agen penempatan. “Dana yang diperoleh akan diggunakan untuk keperluan pembiayaan perusahaan termasuk modal kerja,” ujarnya.

Saat ini ELTY akan bergerak di resistance/support di Rp300/ Rp220. Dilihat dari sisi teknikalnya pun, ELTY masih cenderung upside hari ini. “Saya rekomendasikan beli saham ini,” tuturnya.

Kendati ELTY menguat pesat, Alfiansyah menilai, kenaikan saham properti ini belum tentu mampu memacu saham grup Bakrie lain bergerak naik. Sebab, yang menjadi trigger di grup ini adalah saham BUMI. “Terutama mengingat kapitalisasi ELTY tidak setinggi BUMI,” ujarnya.

Menurutnya, secara fundamental BUMI sangat positif, dimana diversifikasi tambangnya sudah sangat luas, sehingga bisa mendorong fundamentalnya semakin baik untuk jangka panjang. Selain core bisnis di batubara, BUMI juga merambah ke tambang metal dan penambahan saham di PT Newmont Nusa Tenggara (NNT).

Alfiansyah memperkirakan BUMI hari ini akan bergerak dalam kisaran resistance Rp2.650 dan Rp2.325 sebagai level support-nya. Apalagi, dari sisi teknikal pun cukup mendukung. “Saya rekomendasikan beli untuk saham BUMI,” ungkapnya.

Sedangkan saham UNSP juga menjadi pilihan. Selain karena basis bisnisnya di sektor komoditas perkebunan, dimana ekspansi lahan terus dilakukan, core bisnis perseroan di sektor perkebunan sudah variatif. “Alhasil, kesehatan fundamentalnya terjaga dan potential up -nya masih cukup terbuka,” ujarnya.

UNSP memiliki kebun karet yang luas sehingga berkontribusi paling besar terhadap potensi pendapatan perseroan. Hal ini didukung permintaan karet dunia yang cukup tinggi. “Inilah keunggulan UNSP di tengah sektor perkebunan lain yang tidak memiliki karet,” imbuhnya.

Dengan diversifikasi usaha ini, maka kenaikan harga crude palm oil (CPO) akan mendorong penguatan harga karet. Alhasil, pendapatan perseroan pun akan naik. Namun, jika harga CPO turun, harga karet justru cenderung terjaga. Karena itu, potensi koreksi di saham ini juga jadi terbatas. “Ini keuntungan diversifikasi usaha dari UNSP dibandingkan dengan sektor perkebunan lainnya,” ungkapnya.

UNSP memiliki level resistance Rp600 dan Rp500 sebagai level support-nya. Jika saham ini bertahan di level Rp500, berpotensi terjadi balik arah (reversal) menguat. Pada tahap awal akan menuju level Rp540, untuk kemudian berlangsung menguat hingga Rp580-600. Sebaliknya, jika UNSP berada di bawah 500, cenderung bergerak negatif. “Saya sarankan hold terlebih dahulu di saham ini,” ucapnya.

Continue Reading→

Sabtu, 06 Maret 2010

PT Medco Energi Internasional Tbk., melalui anak perusahaannya Medco Far East Limited berhasil memenangkan tender kontrak jasa untuk mengembangkan 18 lapangan minyak di wilayah Nimr-Karim, Oman yang saat ini memproduksi 18 ribu barel minyak per hari.
Menurut dia, untuk mengerjakan proyek tersebut, Medco akan mendirikan perusahaan lokal di negara Timur Tengah itu. Perusahaan itu selanjutnya akan dikelola bersama mitra kerja yang bukan operator yaitu Oman Oil Corporation, perusahaan minyak dan gas milik pemerintah Oman.Tempo, 27 Jan 2006
Berita lama sekali, baru nyadar ketika seorang sahabat bertugas ke Muscat, Oman. Telkom, Bakrie Group rasa-rasanya juga punya garapan di luar sana. Hebat ya.

Grup Bakri di Oman

newsonline   at  09.04  No comments

PT Medco Energi Internasional Tbk., melalui anak perusahaannya Medco Far East Limited berhasil memenangkan tender kontrak jasa untuk mengembangkan 18 lapangan minyak di wilayah Nimr-Karim, Oman yang saat ini memproduksi 18 ribu barel minyak per hari.
Menurut dia, untuk mengerjakan proyek tersebut, Medco akan mendirikan perusahaan lokal di negara Timur Tengah itu. Perusahaan itu selanjutnya akan dikelola bersama mitra kerja yang bukan operator yaitu Oman Oil Corporation, perusahaan minyak dan gas milik pemerintah Oman.Tempo, 27 Jan 2006
Berita lama sekali, baru nyadar ketika seorang sahabat bertugas ke Muscat, Oman. Telkom, Bakrie Group rasa-rasanya juga punya garapan di luar sana. Hebat ya.
Continue Reading→

Saudi Arabia is considering further steps to open up the Arab world's largest bourse to foreign investment, the head of the Capital Market Authority (CMA) said in remarks published on Saturday.

In 2008, the word's top oil exporter and Opec member allowed so-called swap agreements between non-resident foreign investors and local intermediaries, permitting indirect foreign ownership on the bourse.

Previously, foreigners could enter the Saudi stock market only through selected funds.

But large international investors such as pension funds have held off investment on a large scale pending further steps to allow entry to the market and hope for eventual full ownership.

'We want to study new ways through which the foreign investor can enter,' Adulrahman al-Tuwaijri, chairman of the CMA, told al-Watan newspaper.

Future investments could go through new funds, he said, without giving details.

He said foreign funds played an important role in stabilising the market but there were also risks involved and any further steps to open up should not have a negative impact on the bourse.

'It's correct that foreign investment has many benefits but at the same time there is the risk of hot money getting in and then pulled out in large sums,' he said.

He said some liquidity had been pulled out of the Saudi bourse like in neighbouring markets as a result of global turmoil but the bourse was otherwise in good shape.

'The current situations shows the market is stable, a stability that is the result of a rise in confidence,' he said.

The Saudi bourse may add a 'sports'-segment for listed firms after privatisation of clubs, Tuwaijri added.

Saudi 'to further open bourse for foreigners’

newsonline   at  08.58  No comments

Saudi Arabia is considering further steps to open up the Arab world's largest bourse to foreign investment, the head of the Capital Market Authority (CMA) said in remarks published on Saturday.

In 2008, the word's top oil exporter and Opec member allowed so-called swap agreements between non-resident foreign investors and local intermediaries, permitting indirect foreign ownership on the bourse.

Previously, foreigners could enter the Saudi stock market only through selected funds.

But large international investors such as pension funds have held off investment on a large scale pending further steps to allow entry to the market and hope for eventual full ownership.

'We want to study new ways through which the foreign investor can enter,' Adulrahman al-Tuwaijri, chairman of the CMA, told al-Watan newspaper.

Future investments could go through new funds, he said, without giving details.

He said foreign funds played an important role in stabilising the market but there were also risks involved and any further steps to open up should not have a negative impact on the bourse.

'It's correct that foreign investment has many benefits but at the same time there is the risk of hot money getting in and then pulled out in large sums,' he said.

He said some liquidity had been pulled out of the Saudi bourse like in neighbouring markets as a result of global turmoil but the bourse was otherwise in good shape.

'The current situations shows the market is stable, a stability that is the result of a rise in confidence,' he said.

The Saudi bourse may add a 'sports'-segment for listed firms after privatisation of clubs, Tuwaijri added.
Continue Reading→

Discussion

Pengusaha Medan

Konsultan Politik

Archive

More

© 2013 Fans Bakrie. WP Theme-junkie converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.