Marota City: Proyek Kontroversial Suriah Pasca-Rezim Assad

Marota City, proyek pembangunan mewah di Damaskus, Suriah, tetap menjadi sorotan meskipun rezim Bashar al-Assad telah digulingkan. Proyek yang dimulai pada 2012 melalui Dekrit No. 66 ini bertujuan untuk mengembangkan kawasan Basatin al-Razi menjadi pusat bisnis dan hunian modern. Namun, proyek ini tidak lepas dari kontroversi terkait penggusuran paksa dan dugaan korupsi yang melibatkan keluarga Assad.

Setelah kejatuhan Bashar al-Assad pada akhir 2024, pemerintah transisi yang dipimpin oleh Presiden Ahmed al-Sharaa mengeluarkan dekrit yang membatalkan pembekuan aset terhadap warga Suriah yang berlaku sejak 2012. Langkah ini membuka peluang bagi pemilik properti yang terdampak untuk kembali mengakses aset mereka, termasuk di kawasan Marota City. 

Meskipun demikian, proyek Marota City terus berlanjut. Beberapa bagian dari proyek ini telah selesai dan mulai dipasarkan melalui platform real estat, hingga saat ini. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pengembangan proyek ini sebelumnya memiliki hubungan dekat dengan rezim Assad, seperti Samer Foz dan Mazen Al-Tarazi, yang terlibat dalam pengembangannya. Namun kini mereka tampaknya beradaptasi dengan pemerintahan baru. 

Pemerintah transisi Suriah menghadapi dilema dalam menangani proyek ini. Di satu sisi, Marota City merupakan simbol dari upaya rekonstruksi dan modernisasi pasca-konflik. Namun, di sisi lain, proyek ini juga mencerminkan ketidakadilan sosial dan ekonomi yang terjadi selama rezim sebelumnya.

Dalam konteks ini, pemerintah baru perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proyek Marota City. Hal ini mencakup aspek keadilan sosial, transparansi, dan akuntabilitas dalam pelaksanaan proyek. Penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa proyek rekonstruksi tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Selain itu, perhatian terhadap nasib warga yang terdampak oleh proyek ini juga menjadi hal yang krusial. Pemerintah perlu menyediakan solusi yang adil dan manusiawi bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian akibat proyek ini.

Ke depannya, Marota City dapat menjadi contoh bagi proyek-proyek rekonstruksi lainnya di Suriah. Dengan pendekatan yang inklusif dan berkeadilan, proyek ini berpotensi menjadi model bagi pembangunan pasca-konflik yang berkelanjutan dan berpihak pada rakyat.

Namun, keberhasilan tersebut sangat bergantung pada komitmen pemerintah baru untuk menegakkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan akuntabilitas dalam setiap langkah pembangunan. Tanpa itu, Marota City bisa tetap menjadi simbol dari ketidakadilan dan ketimpangan sosial yang terus berlanjut.

Dengan demikian, masa depan Marota City berada di tangan pemerintah transisi Suriah. Keputusan yang diambil akan menentukan apakah proyek ini akan menjadi bagian dari rekonstruksi yang inklusif dan berkeadilan, ataukah akan tetap menjadi warisan kontroversial dari rezim sebelumnya.

Marota City, dengan segala kompleksitas dan tantangannya, mencerminkan perjalanan Suriah menuju pemulihan dan rekonstruksi pasca-konflik. Bagaimana proyek ini ditangani akan menjadi indikator sejauh mana pemerintah baru mampu mewujudkan janji-janji perubahan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Suriah.

Posting Komentar

0 Komentar